sejarah singkat asrama

Temaran lampu pondok terbuka itu menerangi wajah mereka, para penghuni Asrama Mahasiswa Sepakat. Ketika mereka mendekati pondok itu, beberapa anak muda lainnya yang sudah berada di lokasi segera menyambut dengan senyum dan jabat tangan.
Mereka berbaur. Ada yang duduk di atas pondok, ada yang masih berdiri di luar pondok. Suasana berubah sedikit tenang, takala sekelompok orang yang sepertinya dituakan berjalan mendekati pondok. Rombongan itu adalah para pembesar bruder MTB. Anak-anak muda itu bergegas berdiri dan menyambut mereka.
Malam itu adalah malam penyambutan dan malam bincang-bincang bagi seluruh penghuni Asrama Mahasiswa “Sepakat” di Pontianak. Setelah beberapa tahun asrama ini ditutup, malam itu menjadi malam pengharapan.
Para bruder MTB, termasuk Provinsial MTB dan Ketua Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder MTB Pontianak, melakukan sosialiasi aturan bagi para penghuni. Para penghuni yang kebanyakan adalah para mahasiswa itu begitu antusias mengikuti seluruh rangkaian acara. Usai sosialisasi aturan dan dialog ringan, semua yang hadir menikmati kopi dan jagung rebus.
“Kebanyakan mereka yang tinggal di asrama ini sedang menempuh kuliah di semester satu dan tiga. Saya memilih tinggal di asrama, yang biasa disebut masyarakat sekitar dengan Asrama Bruder ini, karena saya ingin iman saya dibentuk. Setelah lulus, saya tidak hanya ingin mempunyai sisi akademik, tetapi juga sisi rohani,”
- Sempat tutup
Asrama Mahasiswa Sepakat, disebut juga Asrama Santo Bonaventura, berdiri pada 6 Mei 1985. Awal berdirinya ditandai dengan dikeluarkannya sebuah prospektus tentang Asrama Sepakat oleh Uskup Agung Pontianak Mgr Hieronimus Bumbun OFMCap. Status kepemilikan asrama ini dimiliki perorangan yang direstui oleh uskup dan Dewan Paroki Katedral. Pembina asrama adalah Dewan Paroki Katedral yang diketuai oleh
Stephanus Atjin.
Pada tahun-tahun itu memang banyak pemuda-pemudi dari pedalaman Kalimantan yang meneruskan sekolah di Pontianak. Awalnya, asrama ini diperuntukkan bagi mahasiswa-mahasiswi asal pedalaman yang tidak mampu dan tidak memiliki rumah di Pontianak. Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi penghuni, yaitu berkelakuan baik dengan menyertakan surat keterangan dari kepala kampung yang diketahui pastor paroki, bersedia menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku, dan bersedia melunasi uang asrama tepat pada waktunya.
Dalam perjalanan waktu, asrama ini sempat tutup karena Stephanus Atjin, selaku pembina asrama, mengundurkan diri dengan alasan banyak penghuni yang tidak membayar uang asrama selama berbulan-bulan, dan terlebih karena para penghuni melanggar tata tertib dan peraturan yang berlaku.
Pengelolaan asrama lantas diserahkan kepada Pastor Petrus Rostandy OFMCap yang waktu itu menjabat sebagai pastor Paroki Katedral. Medio Oktober 1988, pengelolaan asrama ditawarkan kepada Kongregasi Bruder MTB. Sebenarnya, yang pertama-tama ditawarkan adalah tanahnya, tetapi dalam perjalanan waktu, asrama itu juga diminta untuk dikelola sekaligus. Kongregasi Bruder MTB berkenan mengambil alih dan melanjutkan pengelolaan asrama secara baru.
Setelah ada perbaikan dan penambahan gedung (aula), pertimbangan lain yang muncul, yaitu pentingnya keberadaan biara di sekitar asrama. Maka, pada 2005 berdirilah Komunitas ‘Gubio’ di Jl Sepakat II.
Sejak itu, Asrama Sepakat mendapat perhatian khusus dari para bruder MTB. Asrama lantas dimaksudkan bukan sekadar untuk menampung mereka yang mengalami kesulitan, tetapi lebih untuk menjadikannya sebagai tempat untuk kaderisasi. Asrama digunakan untuk menyiapkan kader-kader yang di kemudian hari bisa berguna bagi masyarakat.
Secara kelembagaan dan administrasi, asrama ini di bawah tanggung jawab Kongregasi Bruder MTB Indonesia dan secara khusus berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder Pontianak.
Visi asrama ini dirumuskan secara baru, yaitu menjadikan sebuah komunitas hidup bersama yang memberikan peluang kepada setiap orang atau penghuni untuk berkembang secara pribadi dan bersama dalam membangun masa depan, menyediakan diri sebagai pribadi yang dapat diandalkan dan diharapkan dalam masyarakat. Misinya, menyelenggarakan pembinaan kaum muda sesuai dengan tuntutan zaman untuk mencapai kemandirian hidup dengan semangat kristiani disertai rasa persaudaraan, sikap pelayanan, kesederhanaan, dan didukung oleh fasilitas yang memadai.
- Persemaian kader
Prinsip dasar yang berlaku di tempat pengkaderan ini, yaitu pemberdayaan kaum muda. Pengkaderan ini dimaksudkan untuk membantu warga asrama menyadari potensi yang dimilikinya.
Aspek-aspek pembinaan yang ditonjolkan meliputi aspek intelektual, emosional, dan spiritual. Aspek intelektual dicapai melalui jadwal studi yang teratur dan les tambahan. Aspek emosional dibentuk melalui kerja kelompok, olahraga, rekreasi, seni budaya, makan bersama, kerja di kebun, dan evaluasi bulanan. Sedangkan aspek spiritual dicapai dengan doa harian, rosario, Ekaristi, dan rekoleksi.
“Aspek intelektual bisa juga dipertajam dengan diskusi kelompok dan penyediaan fasilitas-fasilitas yang memadai, seperti perpustakaan dan internet. Sementara aspek emosional dan sosial akan mulai diwujudkan dengan menjalin kerjasama dengan lembaga dan LSM,” tegas Bruder Krispinus Tampajara MTB, salah satu pembina Asrama Sepakat.
Menurut mahasiswa sosiologi Program Pasca Sarjana UNTAN ini, ada tantangan tersendiri dalam membina kaum muda. Para penghuni asrama biasanya ingin bebas dan tidak mau terikat. Pendampingan itu butuh kesabaran.
“Keberadaan asrama ini diutamakan bagi mereka yang ekonomi orangtuanya pas-pasan. Mereka biasanya punya daya juang tinggi. Meski begitu, mereka yang orangtuanya mampu secara ekonomi tetapi mau dibina dan dikondisikan di tempat ini, juga punya tempat di asrama ini,” tegasnya.
Kekhasan misi para bruder MTB pada umumnya memang lebih pada pelayanan orang muda yang tidak mampu secara finansial atau ekonomi. “Kalau sudah lulus dari tempat ini dan menjadi pemimpin atau pejabat, saya harap mereka tidak melupakan asrama. Sayangnya, selama ini para alumnus asrama banyak yang lupa dengan adik-adik mereka yang saat ini masih di sini,” tegasnya.
J.S. de Britto